aku baru saja menghitung angka ke duapuluh sembilan
sebelum segalanya tiba-tiba musnah
terburai di setiap arah mata angin
tak lagi kuingat apa yang pernah ada di ruang kepalaku
bahkan derasnya hujan yang mengguyur tubuh
(aku bukan lagi batu karang
atau randu hutan ratusan tahun yang pura-pura kokoh
tapi rapuh perlahan oleh alam)
aku kehilangan segalanya yang pernah kugantungkan pada langit
tentang mahkota mawar bertuliskan nama anak-anakku
juga rangkaian aksara yang kuharap akan menjadi bait puisi
kini
yang ada hanyalah sepenggal kisah tak bertajuk
tentang sisa hidup dan kekosongan
jeda panjang yang harus terlalui
hingga pada waktunya tuhan berkata
“kau telah sampai!”
a k u m a t i s e b e l u m u s a i.
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar