Kamis, 08 Mei 2008

Menunggumu

aku masih menunggumu di sini

dengan sebilah belati dan sebaris puisi

juga secangkir anggur dan sepotong hati


tapi menunggumu lebih perih dari menjemput mati!

mencintaimu adalah menoreh luka yang sakitnya tak terperi


aku hanya ingin kau mengerti laki-laki

kau malah mencintai puisi


“aku jatuh hati pada puisi, juga laki-laki,” katamu

dan aku telah menulis seratus kali

hingga kata menjadi mati

bahasa tak indah lagi

tapi kau masih saja berlari

meruntuhkan mimpi laki-laki

mengkhianati puisi


aku masih menunggumu di sini

tanpa puisi, hanya sebilah belati

untuk membunuhmu hingga seribu kali



2006


(Pernah dimuat di Wawasan, 23 Maret 2008)

Tidak ada komentar: